StatusNur Muhammad bukan qadim sebagaimana keqadiman sifat Allah. Nur Muhammad adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan makhluk lainnya. قوله (أصلي) أي أطلب صلاة الله أي رحمته (وأسلم) أي أطلب سلام الله أي تحيته (على) صاحب (النور الموصوف بالتقدم) على كل مخلوق (والأوليه) أي كونه أولا بالنسبة لسائر المخلوقات MAKRIFATNUR MUHAMMAD DAN CARA MEMBANGKITKAN NUR MUHAMMAD. Kematian Syekh Siti Jenar Dalam Cahaya Nur Allah 10. Hijrah Menuju Cahaya Allah Sufi Muda. KEMATIAN DALAM CAHAYA April 1st, 2018 - Segala Puji Bagi Allah Zat Yang Telah Menciptakan Kematian Dan Kehidupan Dalam Rangka Menguji Manusia InsanKamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta'ala. Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan Islam). Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi NurMuhammad dijadikan daripada Nur Zat Allah SWT. Kalau dilihat darapada asal usulnya , Nur Muhammad diliputi oleh keberadaan Allah SWT. Jika dikatakan bahawa ada dua pihak yang ada yakni Allah SWT TerjemahanDaqoiqul Akhbar, Bab 1 : Penciptaan Nur Muhammad. Bismillaahirrohmanirrohiim Segala puji hanya untuk Allah swt, Tuhan semesta alam, Zat yang telah menunjukkan kita kepada agama yang telah Dia sempurnakan dan ridhoi. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, insan luar biasa-yang GuaHira merupakan tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah Surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Gua Hira berada di atas puncak Jabal Nur atau biasa disebut sebagai Gunung Bercahaya. Jabal Nur memiliki tinggi 642 meter menjadi salah satu tempat yang Sebuahkata sandi akan dikirimkan ke email Anda. Homepage. NASIONAL Allah tempat datang dan tempat kembali, dialah zat semata-mata. setiap zat pasti ada sifat. terjadilah perdiguhan (persenyawaan, pembauran) sehingga zat hilang, sifatpun hilang, kemudian muncullah fiil berupa nur Allah yang dinamakan Muhammad. Hal ini dicontohkan kepada belerang dan mesiu. xSJugJ. Allah adalah suatu zat yang Mutlak yang mendahului segala sesuatu, “ketika bumi dan langit belum ada, arasy dan kursyi belum ada, surga dan neraka belum ada, alam sekalian belum ada, apa yang pertama? Yang pertama ialah Zat, yang ada pada dirinya, tiada sifat dan tiada nama. Itulah yang pertama. Selanjutnya dikatakan bahwa Zat Allah itu tak bisa diibaratkan, tak bisa diuraikan dengan ibarat, sebab tak ada ibarat yang bisa dipakai untuk mengurai keadaan Allah. Pada-Nya tiada atas atau bawah, tak ada dahulu atau kemudian, tak ada kanan atau kiri dan seterusnya. Allah adalah Zat yang Mutlak yang diibaratkan sebagai laut yang tiada berkesudahan. laut itu juga disebut sebagai Laut Batiniyyah, laut yang dalam dan laut yang mulia. Hakekat sebenarnya dari Zat Allah itu tanpa pembeda-bedaan la ta’ayyun. mengambarkan cara Zat Mutlak itu menjelma tanazzul seperti laut Penjelmaan atau pengaliran ke luar itu terjadi dalam beberapa pangkat atau martabat yaitu 1 pangkat laut yang bergerak di dalamnya segala sesuatu tersimpan, 2 pangkat ombak,di dalamnya terjadi peninjauan Zat atas diri-Nya sendiri 3 pangkat asap dan awan, di dalamnya realitas yang terpendam berada sebagai satu kesatuan yang kemudian membagi-bagi diri untuk kemudian mengalir ke luar ke dalam dunia gejala /fenomena ini, 4 pangkat hujan, di dalamnya realitas yang terpendam itu keluar atas perintah ilahi “ fa yakun”, serta 5 pangkat sungai,yaitu gambaran dunia yang kongkrit ini. mengatakan dalam Zinatul –Muwahidin “Adapun ta’ayyun awwal itu ditamsilkan oleh ahli suluk seperti laut. Apabila laut timbul maka ombak namanya, yakni apabila alim memandang dirinya, maklum jadi pada dirinya; Apabila laut itu melepas jadi nyawa, asap namanya, yakni nyawa ruh idlafi kepada namanya, yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dengan qaul kun fa yakun berbagai-bagai. Apabila hujan itu jatuh ke bumi, sungai namanya, yakni setelah ruh idhafi dengan isti’dad asli dengan a’yan tsabitah hilir di bawah kun fa yakun sungai namanya. Apabila sungai itu pulang ke laut,laut hukumnya. Tetapi laut itu maha suci tiada berlebih dan tiada berkurang . Jika keluar sekalian itu tiada ia kurang, jika masuk pun sekalian itu tiada ia kurang lebih, karena ia suci dari pada segala suci Tahap-tahap pengaliran/ martabat itu diistilahkan dengan ahadiyah, wahdah, wahidiyah. Pangkat ahadiyah disebut juga pangkat la-ta’ayyun tanpa pembeda-beda. Wahdah digambarkan sebagai gerak ombak. Pangkat ini disebutnya sebagai ta’ayyun awwal pembedaan pertama. Pada pangkat ini terjadi empat pembedaan yaitu pengetahuan ilm, eksistensi wujud, pengamatan syuhud, dan cahaya nur. Pada pembedaan pertama ini Zat Allah menjadi sadar akan diri-Nya sendiri serta memiliki pengetahuan tentang segala daya yang terpendam pada diri-Nya sebagai kesatuan. Di sini berarti bahwa Zat Allah tahu bahwa diri-Nya sendiri yang ada, tiada yang lain kecuali Dia. Ia tahu bahwa Ia memiliki daya untuk menjelmakan Diri-Nya. Tingkatan wahdah ini disebut juga ”cahaya Muhammad” Nur Muhammad atau “realitas Muhammad”. “Taayyun awaal wujud yang jama’i, pertama di sana nyata. Ruh idlafi, semesta alam sana lagi ijmali, itulah bernama hakikat Muhammad nabi. Di tempat lain dikatakan “Wahdah itulah yang bernama “kamal zati”. Menyatakan sana ruh Muhammad an- nabi, tatkala itu bernama “ruh idlafi” “. . .’ilm yang melihat maklumat itu, hakikat Muhammad saw. Antara alim dan ma’lum itulah asal cahaya Muhammad pertama-tama bercerai dari pada Zat. Adapun pada suatu ibarat,itulah bernama “ruh idhafi”, yakni nyawa bercampur ;dan pada saat ibarat “aqlul-kulli” namanya[yakni] perhimpunan segala budi. Dan pada suatu ibarat “nur” namanya, yakni cahaya; pada suatu ibarat ”kalamul-a’la” namanya, yakni kalam yang maha tinggi; dan pada suatu ibarat “lauch” namanya, yakni papan tempat menyurat; karena itulah maka sabda Rasullulah ”awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala ar-Ruah, awwalu maa khalaqa- Allaahu ta’aala an-Nuur, awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-aql; awwalu maa khalaqa Allaahu ta’aala al-qalam” Di sini dijelaskan bagaimana kedudukan Nur Muhammad. Nur Muhammad adalah pengetahuanilm yang melihat kepada ma’lum atau ide. Tempatnya berasal di antara yang mengenal dan yang dikenal antara Zat yang Mutlak dan dunia. Oleh karena itu pada bagian lain disebutkan bahwa Nur Muhammad bersinar dari Zat Allah dan bahwa seluruh alam semesta dijadikan dari pada cahaya Muhammad. Sebaliknya Nur Muhammad dijadikan dari pada Zat Allah dan bahwa seandainya tiada cahaya Muhammad, maka alam semesta ini tidak akan ada Pada pangkat wahdah ini peranannya dalam penjelmaan akali sangat penting. Sebagaimana diketahui bahwa penjelmaan ada dua yaitu penjelmaan yang terjadi dalam diri Zat yang Mutlak yang sifatnya akali dan penjelmaan yang terjadi di luar Zat yang Mutlak, sifatnya bisa dilihat. Hubungan keduanya itu sama dengan hubungan antara perwujudan dan gambar yang dipantulkan, atau sebagai lahir dan batin, sedemikian rupa sehingga Zat yang Mutlak itu tampak di dalam dunia gejala. Wahdah adalah cermin yang memantulkan gambar dari yang Mutlak atau bayang Yang Mutlak. Wachda adalah pangkat penilikan diri dari Zat yang Mutlak, yang dengannya Yang Mutlak mengenal diri-Nya dan kemudian seolah-olah Yang Mutlak bangkit dari lamunan-Nya. Wahdah adalah logos. Ia disebut juga “nur Muhammad” Hadiwijono,tt47. Pangkat selanjutnya adalah wahidiyah yang disebut juga pembeda-bedaan kedua ta’ayyun tsani. Pada pangkat ini realitas Muhammad pada ta’ayyun awwal menimbulkan manusia atau chaqiqat insan. Ketiga pangkat penjelmaan, ahadiyah, wahdah, wahidiyah, semuanya terjadi dalam satu eksistensi Ilahi. Maka ketiganya disebut sebagai “Maratib-ilahi”. Penjelmaan selanjutnya dikatakan “Apabila awan itu titik udara,hujan namanya; yakni ruh idhafi dengan a’yan tsabitah keluar dari qaul kun fa yakun, berbagai-bagai. Di bagian lain menyebutkan adanya pembeda-bedaan ketiga ta’ayyun tsalis yang dinamai pula a’yan kharija realitas yang keluar. Pengertian a’yan kharija menunjukkan bahwa penjelmaan ini dan penjelmaan berikutnya terjadi di luar Zat yang Mutlak, yaitu di dalam dunia. Pada pangkat ini realitas yang terpendam yang di dalam pangkat wahidiyya berkumpul sebagai awan, sekarang mengalir ke luar sebagai roh. Oleh karena itu pangkat ini disebut juga alam arwah. Selanjutnya dari pangkat alam arwah ini menjelma keluar menjadi hujan, air dan sungai yang terkenal dengan pangkat-pangkat alam mitsal, alam ajsam, alam insan. Pangkat alam mitsal, adalah pangkat penjelmaan di mana pembagian rohaniah adalah suatu kenyataan. Alam ini adalah alam cita/ ide. Alam ini merupakan perbatasan antara alam arwah dan alam segala tubuh. Alam ini bercirikan warna seperti alam impian. Alam Ajsam atau alam segala tubuh adalah dunia yang terdiri dari anasir yang halus yang tak bisa diamati oleh indera, serta tak binasa. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil. Ketujuh pangkat penjelmaan yang selanjutnya sering disebut teori martabat tujuh itu sebenarnya bisa dirangkumkan menjadi tiga pangkat, yaitu dari Zat yang Mutlak Ahadiyah, pangkat penengah di mana realitas yang terpendam a’yan tsabita timbul, baik sebagai kesatuan maupun sudah terinci wahdah dan wahidiyya, dan pangkat dunia gejala, yaitu realitas keluar a’yan kharija. Demikianlah penjelasan tentang tanazzul mengalir ke luar-nya Zat yang Mutlak. Dia menempatkan Nur Muhammad sebagai penghubung/ perantara antara Zat yang Mutlak Tuhan dengan dunia. Dari Nur Muhammadlah Zat yang Mutlak bersinar. Dari Nur Muhammad pula asal segala kejadian alam ini. Pangkat penjelmaan terakhir adalah alam insan, yaitu dunia yang nampak ini. Alam ini disebut juga alam manusia sempurna alam insan al-kamil. Hakikat Awal Nur Muhammad Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk bisa dikatakan sebagai tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu disebut Tuhan, demikianlah Logikanya. Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. untuk pembahasan ini kita cukup memahaminya seperti itu Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya sebagai perbandingan kaliamat Adam Diciptakan dari Tanah . Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. kemudian nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad . Nur itulah yang kemudian mensifati atau memberi sifat akan Zat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan “ ada “ atau meng-“ada”-kan yaitu Nur Muhammad. Jabir ibn `Abd Allah berkata kepada Rasullullah “Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu Hr al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa Hadist ini Sahih. Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya berkata bahwa Rasullullah berkata “Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia menjadikan Adam Setelah Nur Muhamamad di ciptakan dari Nur atau Cahaya Zat – Nya, maka selanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat, karena dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya “ Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya [ ** ], yang minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ QS 024. An Nuur ayat 35 [*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus misykat ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [**] Maksudnya pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata “Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah terhadap apa yang menerangi dan terdzahir.” Ka`b berkata ” Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana Rasullullah bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan. Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Zat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid “ La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah “ Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan “ api “ adalah zat dan “ panas “ adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api. Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergembang ombak . Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut . Pemahaman ini sebaiknya disimpan dulu, untuk pemahaman kajian lebih lanjut coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas “ Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam “ HR Ahmad, Bayhaqi “ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya Adam. Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. HR Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani Ada yang bertanya padaku tentang uraian ini, pertanyaannya sebagai berikut Dengan uraian tsb. lalu mau dikemanakan QS. 1529 “Setelah Aku sempurnakan bentuknya Adam dan Aku tiupkan kepadanya Adam ruh-Ku, maka hendaklah kamu tunduk merendahkan diri kepadanya Adam” Dari ayat ini dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang terkait dengan posisi Adam As. dapat disimpulkan tidak terselip’ perkalimat pun riwayat Nur Muhammad. Muhammad SAW manusia biasa, berbeda proses kelahirannya dengan Nabi Isa As. dan apalagi dengan penciptaan Adam As. Katakan hai Muhammad “Aku tidak mengatakan kepada kamu, bahwa aku Muhammad mempunyai perbendaharaan Allah, tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan, bahwa aku malaikat’; hanyalah aku mengikut apa yang diwahyukan kepadaku”. Katakan Samakah orang buta dengan orang yang dapat melihat?’ Tidakkah kamu pikirkan? QS. 650. Jawabannya adalah Dhohir memang sama, antara kita dengan nabi, tapi apakah hakikat itu sama? tentu tidak. Kebodohan akan hakikat bersumber dari hakikat hati masing2 yang tidak bisa mengerti akan hakikat. Hanya makhluk bodoh yg berselisih tentang hakikat. Man lam yazuq lam ya’rif siapa tidak merasa pasti tidak tahu. Hanya orang yg merasalah yg dapat mengenal hakikat Nur Muhammad SAW. “Dzohir boleh berbeda tapi hakikatnya Satu jua” ,”Syuhudul kasroh fi Wahdah”. Hakikat adalah rahasia kedalaman hati, karena itu jika sudah mencapai dasar dari hati, maka tidak ada perselisihan. Tapi jika Hakikat diletakkan pada akal akhirnya timbul sangka2 akhirnya timbul perselisihan, perbanyaklah bersholawat untuk menemukan hakikat yang sebenarnya, karena sholawat bisa menjadi pengganti Guru Mursyid yang sekarang ini susah untuk kita temui. Diterangkan oleh hadits, asalnya Nabi Adam adalah dari saripati tanah-api-air-angin. Kalau tanah-api-air-angin, datang dari mana? Diterangkan oleh hadits, asalnya dari nur muhammad, yaitu cahaya empat perkara cahaya hitam – hakikat tanah, cahaya putih – hakikat air, cahaya kuning – hakikat angin, dan cahaya merah – hakikat api. Kalau nur muhammad, asalnya dari mana? Menurut keterangan dari hadits, asalnya dari Nur Maha Suci, yaitu jauhar awwal. Selepas ini, habis. Karena sudah dijelaskan di hadits dan Qur’an bahwa jauhar awwal adalah bibitnya tujuh bumi tujuh langit berikut segala isinya. Maka, yang dimaksud dengan dalil bermula dari Allah’ adalah dari jauhar awwal ini. inti dalam menjalankan Islam dan Tujuan Vertikal diri adalah Tarikat, Syariat, Hakikat dan MA’rifat….. Nur Muhammad adalah cahaya yg berbinar sehingga terciptalah semuanya.. Manusia, Gunung, api, matahari dll. Alam Semesta bersalawat kepada Rasulullah dan Sujud kepada Allah SWT. Pada penciptaan beliau di wajibkan untuk Menyebut 2 kalimat Syahadat…itu salah satu Bukti Nur Muhammad ada pada Diri Adam dan pertama kali diciptakan ketika di sempurnakan oleh ALLAH sebagai Hambanya memeluk Islam pada waktu itu. Fahamilah kembali kajian ini dari awal dari secara berulang-ulang. materi kajian yang sudah disampaikan merupakan kajian bersambung dalam satu rangkaian. Kalau hanya memahami satu bagian saja justru bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan atau melahirkan pemahaman tanpa dasar yang pada akhirnya menimbulkan fanatisme yang sombong, yang selalu merasa paling benar. Selain dari pemahaman yang diyakininya adalah salah atau dianggap bida’ah. Padahal Kebenaran Yang Sesungguhnya Hanya Milik Allah swt saja. Tugas kita hanya meyakini sebanyak yang kita fahami saja Pahami semua kajian ini secara utuh dan konprehensif dan tanyakan apa-apa yang tidak jelas atau kurang difahami kepada para guru kita yang ada dimajelis masing-masing atau sebagai solusi pertama sampaikan pertanyaan, kritikan, saran, bantahan, sanggahan pada kotak komentar yang tersedia. Insya Allah saya akan mencoba menjelaskan setiap pertanyaan yang timbul dari kajian ini. [ Annafiz ] Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk bisa dikatakan sebagai tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu dikatakan sebagi tuhan. Logikanya demikian Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. pada tahap ini mungkin bisa difahami demikian Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya sebagai perbandingan kaliamat Adam Diciptakan dariTanah . Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. kemudian nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad . Nur itulah yang kemudian mensifati atau memberi sifat akan Zat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan “ ada “ atau meng-“ada”-kan yaitu Nur Muhammad. Jabir ibn `Abd Allah berkata kepada Rasullullah “Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu Hr al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya berkata bahwa Rasullullah berkata “Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia menjadikan Adam HR Imam Ahmad, Dhahabi dan al-Tabari Setelah Nur Muhamamad diciptakan dari Nur atau Cahaya Zat-Nya, maka selanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat, karena dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya “ Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya [ ** ], yang minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ QS 024. An Nuur ayat 35 [*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus misykat ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [**] Maksudnya pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata “Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah terhadap apa yang menerangi dan terdzahir.” Ka`b berkata ” Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana Rasullullah bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan. Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Zat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid “ La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah “ Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan “ api “ adalah zat dan “ panas “ adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api. Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergembang ombak . Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut. pemahaman ini mungkin sebaiknya disimpan dulu untuk memudahkan pemahaman pada kajian selanjutnya Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas “ Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam “ HR Ahmad, Bayhaqi “ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya Adam. Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. HR Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani Mungkin postingan ini terlalu singkat sehingga tidak mudah untuk difahami. Tapi cukup untuk sekedar bahan yang berguna untuk menyegarkan kembali pemahaman yang sudah ada dan sebagai pelengkap wawasan dalam diskusi di majelis taklim masing-masing. 10 Februari 2010 - Posted by Kajian Tauhid Tauhid Belum ada komentar.